Ramadhan, betapa kami merindukannya
Persaudaraan begitu terasa saat kedatangannya
Kebersamaan dalam sujud menyembahmu selalu menghangatkan
malam-malam kami
Sebagian, sebelum sahur, kami saling mendoakan dalam
rintihan doa dan persaudaraan
Sayuran-sayuran selalu tampak labih segar
Anak-anak berkumpul bertukar tawa menunggu adzan tiba, walau
terkadang pertengkaran membumbui permainan mereka
Saat bedug ditabuh, mereka berlarian memburu makan bersama
ayah bunda
Apa kau merasakannya? Bahwa itu sangat indah
Teringat saat masa kecil dulu
Aku berlarian bersama temanku mengisi sore hari
Tiba-tiba, sungguh tak disangka
Adzan berkumandang begitu cepatnya
Sontak, seruannya menghentikan permainan kami
Seandainya bukan adzan magrib di bulan puasa
Itu mungkin tidak akan terjadi, bukan langsung menemui-Nya,
kami terlalu asyik dengan permainan dunia kami
Lari, terkocar-kacir
Namun sebagian teman-temanku menemui ibunya belum beres
menyiapkan takjil
Lalu, tiba-tiba maudzin berhenti
Ada apa gerangan?
Ternyata muadzin yang sudah sepuh itu, mengumandangakn adzan
magrib satu jam sebelum waktunya
Padahal aku sudah makan kurma
Lucu sekali, berharap itu terulang kembali
Tapi itu tidak pernah terjadi lagi
Lantunan ayat-ayat suci mengawal senja kami
Kami saling berbagi manisan
Tidak ada keburukan-keburukan tersebar di antara kami
Ya Rabb, tidak mengapa kami menunggu
Karena saat Ramadhan datang
Kerindaun kami akan terbayarkan
Begitu bahagia aku menulis ini
Anggap lah ini surat, surat permohonan agar hamba diizinkan
kembali menikmati bulan suci
Apalagi nanti, saat aku menulis dalam tenggorokan kering dam
perut kosong, yang ada hanya Engkau di hatiku
Tidak terbayang bagaimana bahagianya
Semakin tak terbayangkan lagi
Seperti apa rasanya, jika nanti saat aku menulis di anatara
gema takbir dan kegembiraan anak-anak dengan polosnya memamerkan baju-baju baru
mereka
Tanpa berpikir panjang, bagaimana otang tua mendapatkannya,
membakar punggung di bawah terik matahari
Keindahan Ramadhan tak mampu aku gambarkan dalam tulisan
ini, juga mungkin tak menyentuh hatimu,
karena keterbatasanku
Tapi percaya lah, jika nanti Ramadhan tiba
Mengapa tidak mencoba menuliskannya?
Aku merasakan kebahagiaan di setiap ketikan-ketikannya
Comments
Post a Comment