MAKALAH ANALISIS FENOMENA BATU AKIK DALAM MEDIA MASSA DENGAN TEORI EFEK TERBATAS MEDIA MASSA



MAKALAH ANALISIS  FENOMENA BATU AKIK DALAM MEDIA MASSA
DENGAN TEORI EFEK TERBATAS MEDIA MASSA
(Limited Effect Theory)
KOMUNIKASI MASSA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Komunikasi Massa
Dosen : Rully Khairul Anwar, S.Ag. M.Si.



Disusun Oleh :
Santi Rizki Sopianti
210210140063







UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN
JATINANGOR
2015

Kata Pengantar

  Assalamualaikum warahmatullahi  wabarakatuh.
            Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Analisis Fenomena Sosial: Batu Akik dengan Teori Komunikasi Massa Efek Terbatas untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah komunikasi Massa yang dibimbing oleh Babak Rully Khairul Anwar, S.Ag. M.Si.
            Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada Keluarga-Nya, para Shahabat-Nya, Tabiin dan Tabiat-Nya, dan semoga sampai kepada kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman. Amiin...
            Penyusunan makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas namun juga untuk menambah ilmu pengetahuan kami.
            Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya penulis lain yang naskahnya kami kutip,teman sejawat, dan dosen yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari benar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini jauh lebih baik.
  Wassalamualaikum warahmatullahi  wabarakatuh.



Jatinangor, 15 April 2015



Penyusun



Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
1.1  Latar belakang
1.2  Rumusan masalah
Bab II
Kajian Pustaka
2.1 Kajian Pemberitaan Fenomena Batu Akik
2.2 The Rise of Limited Effect Theory
2.3 Kajian Teori Efek Terbatas
2.4 Pemberitaan Fenomena Batu Akik dalam Perspektif  Teori Efek Terbatas (Limited Effect Theory)
Bab III
Penutup
Daftar Pustaka










BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Saai ini wacana sosial di tengah-tengah masyarakat begitu ramai dan hingar bingar, hal Ini berkaitan dengan ramainya pemberitaan dan pembahasan batu akik di berbagai media massa yang terjadi di berbagai daerah Indonesia. Fenomena ini muncul menjadi tren yang digandrungi setiap kalangan. Betapa tidak, hampir setiap hari bermacam-macam media massa seperti televisi, radio, koran, internet dan majalah membahas batu akik mulai harga, jenis, batu akik langka, serta gencar diberitakan batu akik yang muncul dengan berbagai hal yang terkadang menguras rasional kita. Karena begitu banyak penggemar batu akik, banyak orang berpindah profesi menajdi penjual batu akik.
Dalam hal ini nampaknya media massa berpengaruh dalam fenomena sosial ini, kemudian seperti apakah pengaruh komunikasi media massa terhadap masyarakat? Apak pemberitaan media massa mengenai batu akik benar-benar menarik semua masyarakat untuk menggemarinya? Layaknya teori jarum hipodermik yang memandang bahwa media memiliki kekuatan penuh dan menganggap komunikan sebagai penerima pesan yang pasiff dan secara pasti akan terpengaruh oleh pemberitaan media. Atau apakah pemberitaan media sama sekali tidak berpengaruh. Dengan menggunakan terori efek terbatas, makalah ini akan menyingkap pengaruh media massa mengenai fenomena batu akik terhadap masyarakat.
Secara konseptual, teori merupakan informasi ilmiah yang diperoleh dengan meningkatkan abstraksi pengertian-pengertian maupun hubungan-hubungan pada proporsi. Konsep ini sudah tidak asing lagi bagi kalangan akademisi (para cendekiawan dan peneliti), karena tugas para ilmuwan atau cendekiawan adalah menjelaskan fenomena sosial secara rasional dan analitis yang didasari dengan teori-teori tertentu. Fungsi teori yang sesungguhnya adalah meramalkan, menjelaskan, dan menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa yang lainnya.
Makalah ini memfokuskan pada pembahasan fungsi teori yang menjelaskan suatu fenomena massa. Labih spesifik lagi makalah ini membahas suatu fenomena massa menggunakan salah satu teori komunikasi massa yaitu teori efek terbatas media massa (Limited Effect Theory).
1.2  Rumusan Masalah
1.     Seperti apa pemberitaan fenomena batu akik di kehidupan sosial masyarakat?
2.     Bagaimana munculnya teori efek terbatas (The Rise of limited effect theory)?
3.     Apa pengertian teori efek terbatas (limited effect theory)?
4.     Bagaiama pengaruh media massa dalam pemberitaan fenomena batu akik?

























BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Fenomena Batu Akik Dalam Media Massa
            Pemberitaan fenomena batu akik, sebagai fenomena sosial adalah hal yang sangat wajar diekspose, dikenal dan dibahas. Dalam hal ini media massa memilki penting dalam penyebar luasan pemberitaan. Semua bentuk media massa memberitakan fenomena ini, setiap saat kita bisa mengakses internet untuk mengetahui hal terbaru mengenai batu akik, karena media internet terus mengikuti perkembangan batu akik, tidak hanya itu saja televisi juga hampir setiap hari meiliki progran TV yang menayangkan pembahasan fenomena batu akik. Berbagagai berita dan informasi tentang batu akik terus diperbarui, tidak luput jenis, harga, hingga hal-hal yang terkadang tidak masuk akal terus menerpa kognisi masyarakat. Contohnya pemebritaan saya kutip dari kompas beikut:

Ledakan Batu Akik

Minggu, 8 Februari 2015 | 15:15 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Belakangan batu akik tiba-tiba jadi primadona. Harga jual dari pertambangan rakyat melonjak 500 persen. Di sentra penjualan batu akik terbesar se-Asia Tenggara, Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur, pedagang meraup untung hingga 400 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Suara desing mesin gerinda terdengar sepanjang hari di sudut Kota Aceh. Suara itu berasal dari ratusan batu alam yang sedang dipotong atau diasah di rumah-rumah warga.
Demikian gambaran ledakan batu akik di "Negeri Serambi Mekkah". Penggemar batu akik seperti idocrase dan giok terus tumbuh. Hampir di semua pusat pertokoan, pasar tradisional, dan modern ada tempat pengasahan dan penjualan batu alam.
Geriap batu akik juga terdengar di Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Di sini akik bahkan sempat mendunia karena penemuan intan di Pendulangan Cempaka, Sungai Tiung, Desa Pumpung, Cempaka, pada 1965. Meski menghasilkan akik sejak 1960-an, batu-batu mulia baru digandrungi sekitar dua tahun terakhir.
Sebelumnya, batu akik dari pendulangan tradisional Cempaka tidak mampu mengimbangi kebesaran intan trisakti yang tersohor hingga ke luar negeri. Banyak jenis batu alam dari pendulangan intan tradisional, antara lain kecubung, fosil, amparan, badar besi, pirit, kelulut, dan merah borneo.
Oleh para perajin, bongkahan batu dibelah-belah dan digosok dengan cara tradisional sehingga menghasilkan batu-batu yang indah dengan beragam corak. "Petambang mendapatkan bongkahan batu itu paling tidak di kedalaman 20 meter," kata Muhammad Aini (45), perajin perhiasan dan batu permata di Desa Pumpung, Cempaka, Kota Banjarbaru.
Selain batu aceh dan batu martapura, jenis batu akik yang sedang naik daun adalah batu bacan dari Pulau Bacan, Maluku Utara. Konon, bacan menjadi primadona karena dipakai oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Batu bacan terdiri dari dua jenis, yakni bacan doko dan bacan palamea. Bacan doko umumnya berwarna hijau tua dan bacan palamea berwarna kebiruan. Nama doko dan palamea merupakan nama desa di Pulau Bacan tempat diambilnya batu-batu itu.
Itu hanya satu dari sekian banyak pemberitaan, tidak hanya Kompas, puluhan media cetak lain pun turut meramaikan pemberitaan ini, belum lagi pemberitaan di bentuk media massa lainnya. Oleh karena itu, ledakan informasi dari media massa yang terus-menerus menerpa masyarakat menarik untuk diketahui pengaruhnya terhadap pola pikir dan tindakan masyarakat.
2.2 Munculnya Teori Efek Terbatas (The Rise of Limited Effect Theory)
Teori efek terbatas merupakan salah satu teori media masa yang berkembang selama tahun 1940an dan 1950an terutama dikembangkan oleh orang-orang yang berkecimpung di bidang metodelogi-bukan di para ahli teori. Teori ini dipelopori oleh Paul Lazarsfeld dan Carld Hovland. Dalam penelitiannya Hovland bekerja sama dengan Irving Janis, Arthur Lumsdaine, Nathan Macoby, dan Fred Sheffield. Sedangkan Lazarsfeld bekerja dengan Hadley Cantril, Bernard Berelson, Hazel Gaudet, dan Harold Mendelsohn. Hovland dan Lazarfeld berpendapat metode empiris adalah metode yang tepat untuk menilai dan mengukur pengaruh media massa. Mereka berpendapat bahwa metode penelitian baru seperti experiments dan surveys membuat kemungkinan untuk langsung mengamati dan menarik kesimpulan yang objektif tentang media. Kesimpulan ini akan memandu teori yang lebih tepat yang didasarkan pada penagamatan sistematis, dan bukan spekulasi. Selain itu, Lazarsfeld menghabiskan waktu sebagai seorang ahli statistik sosial di Austria dan dilatih dalam metode penelitian survey. Bekerja secara independen, mereka menunjukkan bagaimana teknik penelitian mereka dapat disesuaikan dengan studi efek media. Dengan metode dan pendekatan yang mereka gunakan, mereka berhasil meyakinkan pemerintah dan swasta, khusunya Rockefeller Foundation untuk mendanai Lazarsfeld melakukan penelitian besar dan mahal di Columbia University mengenai pengaruh media.
Setelah melakukan eksperimen propaganda selama Perang Dunia II, Hovland mendirikan pusat penelitian di Yale, di mana ratusan percobaan persuasi dilakukan selama lebih dari satu dekade. Columbia dan Yale menjadi pusat penelitian yang sangat berpengaruh, menarik dan mendidik beberapa peneliti sosial tersohor di waktu itu. Lazarsfeld dan Hovland tertarik memahami pengaruh komunikasi massa secara mendalam. Selama bertahun-tahun  perang berlangsung, mereka tertarik untuk melakukan studi media sebagai bagian dari upaya besar untuk memahami kekuatan propaganda dan ancaman.
Instansi pemerintah meminta Lazarsfeld dan Hovland menjelaskan dan menyimpulkan sistem mobilisasi Amerika dalam bertempur melawan Jerman dan Jepang. Tidak seperti kebanyakan rekan-rekannya, yang secara otomatis mnegasumsikan bahwa media cukup kuat berpengaruh dalam fenomena sosial ini. Lazarsfeld dan Hovland bertekad untuk melakukan penelitian empiris yang akan mengungkapkan bagaimana pengaruh media bekerja. Mereka berharap daya media bisa lebih dipahami, dikendalikan dan digunakan untuk tujuan yang baik.
Lazarsfeld dan Hovland adalah bagian dari generasi baru peneliti sosial empiris yang berpendapat bahwa metode ilmiah menyediakan sarana penting untuk memahami dunia sosial dan untuk mengontrol kekuatan media terhadap masyarakat.
Di Columbia University Lazarsfeld merintis penggunaan survei canggih untuk mengukur pengaruh media terhadap cara orang berpikir dan bertindak. Survei ini tampaknya memberikan bukti definitif bahwa media jarang memiliki pengaruh langsung yang kuat pada individu. Efek yang tidak terjadi yang cukup terbatas dalam lingkup-mempengaruhi hanya beberapa orang atau mempengaruhi pikiran atau tindakan yang tidak begitu penting. Penelitian menunjukkan temuan serupa dan menyebabkan pengembangan perspektif pada media yang disebut sebagai perspektif yang efek terbatas. Namun pada  beberapa dekade berikutnya mulai mendapat beberapa kritikan.
Pemberitaan di media massa dalam tujuh hari pertama setelah gempa bumi berkekuatan besar tahun 2010 di Haiti, misalnya.  Menarik puluh ribuan orang Amerika untuk mengambil ponsel mereka dan menyumbangkan melalui pesan teks $ 22.000.000 untuk upaya bantuan Palang Merah (Heath, 2010 ).  Bagaimana hal ini dapat dijelaskan jika media tidak memiliki kekuatan dan berpengaruh secara total terhadap pola pikir dan tindakan masyarakat?
Namun penelitian-penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa sesungguhnya media massa memiliki efek yang kecil dalam mengubah perilaku. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian dari Carl I. Hovland mengenai efek film pada militer, yaitu bahwa proses komunikasi massa hanyalah melakukan transfer informasi pada khalayak dan bukannya mengubah perilaku sehingga perubahan yang terjadi hanyalah sebatas pada kognisi saja. Terbatasnya efek komunikasi massa hanya pada taraf kognisi dan (afeksi) ini menyebabkan teori aliran baru ini disebut sebagai limited effect theory atau teori efek terbatas.
Hovland dan Lazarsfeld menaruh perhatian terhadap peran media dalam kehidupan sosial. Berikut adalah beberapa hal yang paling penting yang muncul dari pekerjaan penelitian efek terbatas dilakukan antara tahun 1945 dan 1960.
1.     Media rarely influence individuals directly (Media jarang mempengaruhi individu secara langsung). Temuan penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kebanyakan orang terlindung dari manipulasi media yang langsung keluarga, teman-teman, rekan kerja, dan kelompok-kelompok sosial mereka. Orang-orang cenderung mengabaikan konten media politik, dan sikap mereka tidak mudah diubah oleh apa yang mereka baca, dengar, atau lihat. Jika mereka menemukan ide-ide atau informasi baru, mereka berpaling kepada orang lain untuk saran dan interpretasi kritis. Generalisasi ini dan temuan yang didasarkan masyarakat massa bertentangan dan teori propaganda gagasan yang melihat orang-orang yang terisolasi dan sangat rentan terhadap manipulasi langsung.
2.     There is a two-step flow of media influence (Pengaruh media dua langkah). Generalisasi ini menegaskan bahwa media akan berpengaruh hanya jika opinion leaders yang membimbing orang lain untuk dipengaruhi media. Karena opinion leaders ini adalah orang yang cerdas, pengguna media yang kritis, tidak mudah dimanipulasi oleh media. Mereka bertindak sebagai gatekeeper dan menyaring informasi serta membimbing orang lain untuk mendapatkan pengaruh dari media.
3.     By the time most people become adults, they have developed strongly held group commitments such as political party and religious affiliations (Ketika orang telah dewasa, mereka telah mengembangkan komitmen kelompok Saat kebanyakan orang menjadi dewasa, mereka mengembangkan komitmen kelompok yang dipegang teguh seperti partai politik dan afiliasi keagamaan). Afiliasi ini memberikan penghalang efektif terhadap pengaruh media. Penggunaan Media cenderung konsisten dengan komitmen tersebut. Misalnya, pemilih dengan afiliasi Republik berlangganan majalah Republik dan mendengarkan sebagian besar politisi Republik di radio.
4.     When media effects do occur, they are modest and isolated (Ketika efek media yang memang terjadi, mereka sederhana dan terisolasi). Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa perubahan media yang diinduksi dalam sikap atau tindakan yang jarang terjadi. Saat perubahan tersebut tidak terjadi, mereka dapat dijelaskan oleh kondisi yang tidak biasa. Individu yang berubah ditemukan telah terputus dari pengaruh normal orang lain, atau komitmen kelompok jangka panjang mereka dirusak oleh krisis.
Pengaruh media terletak pada diri kita sendiri-dalam cara kita memilih untuk memungkinkan media mempengaruhi kehidupan kita. Hal ini merupakan wawasan penting untuk dimiliki yang diajarkan oleh teori efek terbatas agar kita dapat menilai peran media dalam kehidupan kita.
Konsep tentang teori efek terbatas ini dikukuhkan melalui karya Klapper, The Effects of Mass Communication (1960). Klapper menyatakan bahwa proses komunikasi massa tidak langsung menuju pada ditimbulkannya efek tertentu, melainkan melalui beberapa faktor (disebut sebagai mediating factor). Faktor-faktor tersebut merujuk pada proses selektif berpikir manusia yang meliputi persepsi selektif, terpaan selektif dan retensi (penyimpanan/memori) selektif. Klapeer menuliskan:
“By and large, people tend to expose themselves to those mass communications that are in accord with their existing attitudes and interests. Consciously or unconsciously, they avoid communications of opposite hue. In the event of their being nevertheless exposed to unsympathetic material, they often seem not to perceive it, or to recast and interpret it to fit their existing views, or to forget it more readily than they forget sympathetic material. (1960, p. 19)”.
Pada umumnya, orang akan membuka diri mereka terhadap komunikasi massa yang sesuai dengan nilai-nilai atau ideologi yang selama ini mereka miliki dan kepentingan mereka. Sadar atau tidak disadari, mereka menghindari komunikasi yang berlawanan dengan kepentingan mereka. Orang cenderung akan membuka diri untuk pesan media yang sesuai dengan keyakinan dan kepentingan mereka.
Percobaan Allport dan Postman menjelaskan mengapa peneliti mengkategorikan proses selektif sebagai teori komunikasi massa yang berguna untuk memahami pengaruh komunikasi massa. Jika pembicara yang tampil di televisi menyajikan argumen, lengkap dengan grafik dan "fakta-fakta," bahwa kelompok etnis tertentu atau suku bangsa itu berbahaya, rawan kejahatan kekerasan. Dalam pandangan prroses selektif secara teoritis, tentu saja, beberapa rasis akan mendengarkan dan menyukai acara tersebut. Tapi sebagian orang tidak akan menonton.
2.3  Kajian Efek Teori Terbatas
Proses komunikasi massa tidak langsung menuju pada ditimbulkannya efek tertentu, melainkan melalui beberapa faktor (disebut sebagai mediating factor). Faktor-faktor tersebut merujuk pada proses selektif berpikir manusia yang meliputi persepsi selektif, terpaan selektif dan retensi (penyimpanan/memori) selektif. Ini berarti bahwa media massa memang punya pengaruh, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab. Terbatasnya efek komunikasi massa hanya pada taraf kognisi dan (afeksi).
Sebagai contoh, kelompok masyarakat yang mendukung invasi Amerika Serikat ke Irak, tidak akan membaca artikel mengenai pembentukan kedamaian di Irak, dan penghapusan perang. Pada tahun 1960, Joseph Klapper, berpendapat melalui penelitiannya mengenai efek media pascaperang. Klapper menyimpulkan bahwa media merupakan organisasi yang lemah, media gagal dalam menambah partisipasi politik masyarakat (ataupun partisipasi dalam pemilu). Ini berarti bahwa media massa memang punya pengaruh, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab.

2.4  Pemberitaan Fenomena Batu Akik dalam Perspektif  Teori Efek Terbatas (Limited Effect Theory)
Kendati begitu banyak diberitakan dan hingar-bingar di media massa, ternyata sebagaimana yang diaktakan para pendukung teori efek terbatas, media massa tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi dan mengarahkan persis seperti mereka arahkan. Orang tetap memiliki pilihan dan mengontrol pengaruh media terhadap pola pikir dan prilakunya.
Nyatanya meskipun fenomena batu akik ramai dibicarakan di media massa tidak semua komunikan jadi menggemari dan mengikuti perkembangan batu akik, namun mereka tetap terpengaruhi hanya secara kognisi saja. Seperti berita ini yang dilansir oleh news.detik.com berikut:
Sabtu, 28/02/2015 10:27 WIB

Marak Batu Akik, Komjen Badrodin Mengaku Tak Tertarik Untuk Koleksi

Ayunda W Savitri - detikNews
Jakarta - Fenomena batu akik tengah mewabah. Meski demikian, Wakapolri Komjen (Pol) Badrodin Haiti mengaku tidak ikut-ikutan mengoleksinya.
"Nggak koleksi karena nggak ngerti juga kita, nggak tahu yang bagus, nanti ditipu lagi," ujar Badrodin dalam kunjungan sidaknya ke Polres Depok, Jl Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, Sabtu (28/2/2015).
"Padahal yang bagus belum tentu yang asli," imbuhnya sambil terkekeh.
Mantan Kapolda Jawa Timur itu mengaku tidak tertarik untuk menjadi kolektor batu akik. Sebab Badrodin mengatakan dirinya tidak melihat adanya keistimewan batu tersebut.
"Nggak ngerti batu-batuan. Mana yang bagus mana yang nggak," tutup Badrodin.
Hal ini juga terlihat dengan tidak adanya cincin berbatu di jari mantan Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri tersebut. Meski demikian, dia tidak melihat ada yang aneh dari fenomena batu akik dan menganggapnya wajar.
Komjen Badrodin tidak terpengaruhi oleh pemberitaan fenomena batu akik ini, bisa jadi karena hal ini tidak sesuai dengan nilai-nilai yang telah lama diyakininya atau bisa karena beliau merasa bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingannya.
Pilihan ini tentu saja tidak hanya dipilij oleh Komjen Badrodin saja, pengakuannya meruapakan sampel dari ratusan orang lainnya yang tidak pilihanya termuat di surat kabar media massa. Jelas teori efek terbatas menjelaskan bahwa media tidak memiliki kekuasaan penuh walaupun eksistensinya mendominasi setiap segi kehidupan sosial.










BAB III
PENUTUP
Setiap saat masyarakat selalu diterpa fenomena sosial yang marak diberitakan oleh media massa. Media massa memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan informasi, terkadang hal ini mempengaruhi pola pikir dan prilaku komunikan.
Berkaitan dengan begitu ramainya tersiar fenomena batu akik, menarik untuk diketahui bagaimana pengaruh pemberitaan fenomena batu akik terhadap komunikan. Apakah dalam hal ini media massa memengaruhi komunikan secara total? Semua komunikan menjadi menggemari batu akik misalnya?
Dengan teori efek terbatas yang dipelopori oleh Lazarsfeld dan Hovland yang dikukuhkan oleh Klapeer, dapat diketahui bahwa media tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi komunikan secara total.
Teori efek terbatas media massa mengatakan bahwa komunikan tetap memegang kontrol untuk mengatur seberapa besar media mempengaruhi kehidupan mereka, mereka menseleksi sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini dan menyesuaikan dengan kepentingan mereka.
Fenomena ramainya pembahasan batu akik di media massa ternyata tidak memengaruhi komunikan secara total. Hal ini ditemukan bahwa meskipun media massa secara terus-menerus menggencarkan tentang batu akik, dalam waktu yang sama media massa juga mengabarkan komunikan yang tidak terpengaruhi oleh fenomena ini.






 DAFTAR PUSTAKA
Baran, Stanley J., dan Dennis. K Davis. 2006. Mass Communication Theory. Boston:   
      Wadswort
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo
Ledakan Batu Akik. Available at http://www.kompas.com (diakses: jumat, 17 April 2105).
Fenomena Batu Akik. Available at http://www.liputan6.com (diakses 17 April 2015).
Marak Batu Akik, Komjen Badrodin Mengaku Tak Tertarik Untuk Koleksi. Available at http://www.news.detik.com (diakses 29 April 2015).

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

10 Potret Mama Rieta dan Suami, Kakek Nenek Rafathar yang Selalu Mesra

Gemas Nan Memikat! 10 Potret Adu Gaya Amora dan Arsy saat Acara Resmi

9 Potret Stylish Dian Pelangi Momong Bayi, Desainer Top Emang Beda!