Leuit: Sebagai Sistem Ketahanan
Pangan Masyarakat Adat
Santi Rizki Sopianti
Universitas Padjadjaran
Tahun
2014-2016 Indonesia berhasil menurunkan angka kelaparan hingga 50%, namun
demikian FAO (Organisasi Pangan Dunia) menililai melalui penilitian terakhir
yang dilakukannya masih banyak penduduk Indonesia yang mengalami kelaparan,
sebanyak 19,4 juta penduduk yang sebagian besar di sebabkan oleh kemisikinan.
Mark Smulders (Kepala Perwakilan FAO Indonesia) mengatakan setidaknya masih ada
20 juta atau tepatnya 19,4 juta jiwa yang mengalami kelaparan setiap harinya, terutama
di Indonesia Timur. Mereka tidak memiliki cukup bahan pangan, kelaparan juga
mengancam generasi muda Indonesia dimana hampir 37% balita di Indonesia
mengalami gizi buruk. Walaupun Indonesia telah berhasil menurunkan angka
kelaparan namun tentu kondisi seperti ini menuntut penangan yang serius
mengingat masalah krusial ini mengancam balita yang seharusnya tumbuh dengan
sehat sebagai generasi penerus bangsa. Berbagai upaya dilakukan pemerintah
dalam menangani masalah kebutuhan pangan di Indonesia. Upaya pemerintah Jokowi yang
sedang dan akan dilaksanakan guna mencapai tujuan ketahanan pangan yang
ditargetkan tercapai pada tahun 2017 adalah rencana pembangunan bendungan dan
irigasi, pengolahan lahan non-produktif dan memastikan kebijakan antar daerah
yang diarahkan pada proses pembangunan sebagai tujuan bersama.
Ternyata
kearifan lokal yang dianut oleh nenek moyang ratusan tahun lalu yang hingga
kini masih digunakan oleh sebagian masyarakat berkontribusi besar dalam
menciptakan ketahanan pangan. Warga kampung Sarongge, Desa Cisarua, Kecamatan
Sukajaya, Bogor tidak pernah kekurangan bahan pangan, khususnya padi. Petani di
kampung Sarongge sudah berpuluh-puluh tahun mempertahankan tradisi menyimpan
padi dalam leuit. Leuit adalah lumbung padi khas daerah
sunda, ukuran leuit beragam bergantung
pada kapasitas produksi padi. Mereka menyimpan padi di dalam leuit bertahun-tahun lamanya, bahkan
hingga 10 tahun. Umur padi yang sudah 10 tahun di dalam leuit ini dikarenakan
terus tertumpuk oleh hasil produksi yang baru sehingga tidak sempat dikonsumsi.
Petani kampung Sarongge memiliki aturan tersendiri dalam menyimpan dan
mengambil padi dari leuit. Ada istilah
indung pare (ibu padi), indung pare dapat diartikan juga
sebagai tumbal, disimpan hingga bertahun-tahun lamanya karena memang tidak
boleh dimakan selagi ada pare baru yang ditumpuk diatasnya, aturan ini
mengindikasikan masyarakat harus memiliki cadangan makanan di setiap musim. Frekuensi
pengambilan padi di leuit juga memiliki aturan, pengambilan hanya boleh
dilakukan satu kali dalam satu minggu dengan jumlah ikatan yang tetap dan
hitungan ganjil. Aturan kedua ini mengindikasikan warga kampung Sarongge harus
memiliki kesadaran untuk tidak menghambur-hamburkan sumber pangan, seperti yang
kita ketahui bahwa setidaknya 1,3 ton makanan terbuang setiap tahunnya di
seluruh dunia padahal pada waktu bersamaan jutaan orang di dunia meninggal
karena kelaparan. Kepala APEC Policy Partnership on Food Security, Juan Carlos
Gonzales mengatakan di kawasan Asia-Pasifik saja total jumlah makanan yang terbuang
setiap tahunnya setara dengan angka untuk mencukupi kebutuhan pangan 800 juta
orang dibawah garis kemiskinan selama 16 bulan.
Masyarakat
lain yang menerapkan sistem leuit sebagai
penyimpanan padi adalah masyarakat desa Ciptagelar, kampung ini berbatasan
dengan Kabupaten Lebak, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Desa Ciptagelar
sekarang dipimpin oleh Abah Ugi Sugriana Rakasiwi berusia, dibawah pimpinan
Abah Ugi Sugriana Rakasiwi desa ini tidak pernah terdengar kasus kekurangan
pangan, bahkan di saat usianya yang masih 29 tahun Abah berhasil membawa
Ciptagelar mencapai swasembada pangan dengan stok beras selama 3 tahun dengan
jumlah padi sebanyak 864.000 pocong, dimana 1 pocong setara dengan 3 kg beras.
Leuit
(lumbung) adalah hal yang sangat vital bagi masyarakat Ciptagelar, hadiah
pertama untuk kelahiran seorang bayi atau pengantin yang baru menikah adalah leuit. Karena leuit merupakan bumper ketahanan pangan, Leuit menjadi tempat menyimpan padi yang menjadi cadangan pangan
bagi warga yang kurang mampu atau kegiatan sosial lainnya. Di Kasepuhan Ciptagelar
ada satu lumbung komunal yang diberi nama SI JIMAT, pada lumbung ini padi
diisikan secara sakral melalui tradisi “Seren Taun”, tradisi tersebut bertujuan
agar hasil panen melimpah sehingga tidak terjadi kekurangan bahan pangan.
Tradisi
Seren Taun dilaksanakan setiap tahun, pada acara ini padi diarak oleh warga
untuk disimpan di lumbung komunal Leuit
Si Jimat. Kearifan lokal yang mereka pegang teguh mengindikasikan sikap bersyukur,
menjaga dan menggunakan bahan pangan dengan bijak, sehingga ketahanan pangan
selalu terjaga. Ini merupakan pengetahuan lokal yang bisa menjaga ketahanan
pangan hingga dunia internasional, terbukti dengan kemampuan desa Ciptagelar
memberikan bantuan beras pada bangsa Vietnam dan bibit padi yang menyebar di
berbagai daerah bahkan sudah menyebar ke Negara lain seperti New Delhi dan
Vietnam. Petani desa Ciptagelar setidaknya memiliki 125 varietas padi yang diklasifikasi
menjadi pare beureum, koneng, hideung dan bodas,
sedangkan silangan lebih dari 160 jenis. Leuit dengan berbagai kesakralannya bagaikan oase dipagang pasir,
menyimpan dan menjaga bahan pangan untuk menciptakan ketahanan pangan
pemiliknya di tengah-tengah kelaparan yang melanda jutaan orang di dnia ini.
Sumber:
REKAM PERJALANAN
KEPALA BKPD JABAR DAN TIM KE DESA BUDAYA CIPTA GELAR. Available at http://bkpd.jabarprov.go.id/wp-content/uploads/2014/10/KAMPUNG-BUDAYA-LUMBUNG-CIPTA-GELAR.pdf dikases pada Sabtu, 29 Okt. 16 pukul 9.20
WIB.
Leuit Kearifan
Lokal Dalam Kedaulatan Pangan. Available at http://www.elsppat.or.id/download/file/e30tek.pdf dikases pada Sabtu, 29 Okt. 16 pukul 9.20
WIB.
Seren Taun Cipta, Menjaga
Tradisi Swasembada Pangan. Available at http://regional.kompas.com/read/2016/09/20/07005311/seren.taun.cipta.menjaga.tradisi.swasembada.pangan?page=all
dikases pada Sabtu, 29 Okt. 16 pukul 9.04
WIB.
Wujudkan Ketahanan Pangan (5) : Mari Dukung Upaya Pemerintah. Available at http://www.kompasiana.com/putrawiwoho/wujudkan-ketahanan-pangan-5-mari-dukung-upaya-pemerintah_560c9883377b6130048b4567 diakses
pada Rabu, 27 Okt. 16 pukul 12.23 WIB.
Penelitian FAO: 19,4
Juta Penduduk Indonesia Masih Alami Kelaparan. http://www.voaindonesia.com/a/pemelitian-fao-sembilan-belas-koma-empat-juta-penduduk-indonesia-masih-mengalami-kelaparan/2817021.html diakses pada Rabu, 27 Okt. 16 pukul 12.26 WIB.
Stop
Kebiasaan Membuang-buang Makanan, Ini Alasannya
https://cantik.tempo.co/read/news/2016/09/24/330807037/stop-kebiasaan-membuang-buang-makanan-ini-alasannya diakses
pada Rabu, 27 Okt. 16 pukul 12.26 WIB.
Cara Hemat Air: Jangan Buang Makanan http://student.cnnindonesia.com/inspirasi/20160624133150-322-140661/cara-hemat-air-jangan-buang-makanan/ diakses
pada Minggu, 27 Okt. 16 pukul 12.26 WIB.
Comments
Post a Comment